Sistem
Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat
GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi
spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah
sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola
dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga
memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian
dari sistem ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk
investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan,
kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk
secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau
SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan
perlindungan dari polusi.
Penginderaan jauh (atau
disingkat inderaja) adalah pengukuran
atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak
secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau
akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh,
(misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau
alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, Satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang
memantau planet dari orbit.
Resume dan analisis :
Dewasa ini, produksi perikanan khususnya yang berasal dari hasil penangkapan hampir mencapai titik jenuh, sedangkan permintaan dan kebutuhan ikan baik di dalam negeri maupun permintaan dari pasar dunia cenderung meningkat. Untuk dapat mencapai target produksi perikanan, maka perikanan budidaya merupakan andalan bagi peningkatan produksi perikanan di masa yang akan datang. Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi perikanan budidaya yang tinggi. Dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan yang begitu luas, sangat dibutuhkan informasi potensi pesisir dan lautan yang terpadu. Informasi potensi pesisir yang berkaitan dengan pengembangan budidaya laut diantaranya adalah informasi lokasi ideal bagi pengembangan budidaya laut sehingga kegiatan budidaya dapat berjalan secara berkelanjutan.
Sistem informasi terpadu yang dapat menyimpan dan mengolah serta menyampaikan secara cepat dan mudah dari berbagai sektor adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat dipadukan dengan Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) yang memiliki kelebihan dalam memberikan data spasial multi temporal, cakupan yang luas dan mampu menjangkau daerah yang terpencil sehingga integrasi keduanya merupakan early information dalam pengkajian kesesuaian lahan di wilayah pesisir diantaranya untuk pengembangan budidaya laut.
Sistem informasi terpadu yang dapat menyimpan dan mengolah serta menyampaikan secara cepat dan mudah dari berbagai sektor adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat dipadukan dengan Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) yang memiliki kelebihan dalam memberikan data spasial multi temporal, cakupan yang luas dan mampu menjangkau daerah yang terpencil sehingga integrasi keduanya merupakan early information dalam pengkajian kesesuaian lahan di wilayah pesisir diantaranya untuk pengembangan budidaya laut.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi daerah kesesuaian fisik perairan untuk budidaya ikan kerapu dengan Keramba Jjaring Apung (KJA) di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta menggunakan data inderaja dan SIG. Infromasi ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan (early information) untuk pengembangan budidaya laut di Kepulauan Seribu.
KESIMPULAN
1. Pemanfaatan data
penginderaan jauh dan SIG dapat memberikan rekomendasi awal dalam penentuan
lokasi yang ideal untuk pengembangan budidaya laut.
2. Berdasarkan
analisis kesesuaian diperoleh luas perairan yang cukup sesuai di Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara seluas 872,2 ha dan wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan seluas 402,8 ha.
3. Daerah kesesuaian
yang diperoleh merupakan kesesuaian fisik perairan. Untuk mendapatkan daerah
potensi yang direkomendasikan, masih perlu dianalisis lebih lanjut dengan
memasukkan aspek aksesibilitas, infrastuktur, kebijakan wilayah dan aspek
konservasi.
4. Analisis parameter
biofisik perairan yang dinamis dapat dijadikan informasi tambahan dalam
pelaksanaan budidaya. Berdasarkan hasil analisa, waktu yang perlu diperhatikan
adalah saat musim barat dan musim peralihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar